Politik

#2 Dari Diskusi Politik KJB, Kata Kandidat PDIP: “Buleleng Itu Sing Dadi Peduegin, Sing Dadi Peaengin”

Quotation:

Tadi pak Pj Bupati Buleleng kemasannya enak sekali. Tapi yang saya lihat di bawah, banyak hal yang membuat saya ingin berbuat sesuatu. Pemerintah seharusnya melayani, bukan dilayani,” ucap Dokter Caput.

Singaraja, SINARTIMUR.com – Seru! Ya seru diskusi politik yang digelar Komunitas Jurnalis Buleleng (KJB) pada hari Kamis (27/6/2024) di Gedung Wanita Laksmi Graha Singaraja.

Betapa tidak? Suasana sudah terlihat seperti debat publik resmi yang digelar KPU. Dari panggung diskusi politik KJB ini sudah terlihat dua kutub berbeda yang saling berhadap-hadapan.

Dari kubu KIM (Koalisi Indonesia Maju) Plus menyindir kubu PDIP dengan mendengungkan kembali pembangunan Bandara Bali Utara. Namun PDIP yang sudah kebal terhadap serangan-serangan politik sejak rezim Orde Baru (Orba) tidak kalah genitnya menepis serangan-serangan lawan.

Tiga kandidat bupati dari PDIP yang hadir dalam diskui politik dr I Nyoman Sutjidra, Sp.OG, DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, dan Gede Supriatna, SH, MH, mengungkap gagasan-gagasan yang lebih mengena kebutuhan riil masyarakat Buleleng. Mereka menggaungkan gagasan yang mengutamakan permasalahan yang ada di masyarakat.

Tentu ini berbeda dengan bacalon lain yang cenderung membicarakan pembangunan bandara Bali utara.

 

Gede Supriatna, yang juga Ketua DPRD Kabupaten Buleleng dan Sekretaris DPC PDI Perjuangan Buleelng itu menyatakan bahwa pembangunan Buleleng perlu dengan kebersamaan, sesuai dengan karakteristik masyarakat Bali Utara yang terbuka dan egaliter.

“Buleleng itu sing dadi peduegin, sing dadi peaengin, karena kita masyarakat yang sangat egaliter (Buleleng itu tidak boleh sok tahu, tidak boleh paling hebat),” ujar Supriatna menyindir para kandidat dari KIM Plus.

Supriatna yang sudah dua periode menjabat Ketua DPRD Buleleng itu menjelaskan, sosok yang akan jadi pemimpin perlu memahami potensi Buleleng utamanya terkait sumber daya manusia, alam, dan budaya. Bahkan dari perhitungannya, di tahun 2030 akan ada masyarakat yang diperkirakan sebanyak 845.690 orang di Buleleng.

Dengan adanya jumlah tersebut, harus dipikirkan mengenai pemenuhan kebutuhan dasar hidup masyarakat. Seperti optimalisasi lahan pertanian, penurunan LJOP, keringanan PBB, dan penyediaan sarpras nelayan.

Kemudian perumahan swadaya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, beasiswa bagi kalangan miskin ekstrem dan meningkatkan harapan rata-rata sekolah, serta mengaktifkan kembali SKB yang kurang maksimal.

“Kalau bahasa Bulelengnya, masyarakat yang seger tur mebekel (masyarakat yang sehat dan beruang),” lanjutnya.

Lebih seru lagi diskusinya, ketika kandidat unggul dari PDI Perjuangan DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, menyampaikan gagasan dan idenya tanpa teks dan tanpa power point.

Tokoh yang terkenal dengan sapaan Dokter Caput menjelaskan bila pembangunan dan penggalian potensi di Buleleng tidak akan berjalan dengan baik, bila pendidikan dan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Ia memberi contoh, mutu pendidikan yang perlu ditingkatkan, termasuk evaluasi zonasi yang membunuh sekolah swasta yang pernah menyumbang tokoh besar bagi Buleleng.

Ia memiliki gagasan untuk membangun sekolah yang berbasis pendidikan budi pekerti atau berbasis Hindu. Tujuannya, mengembalikan lagi Singaraja sebagai Kota Pendidikan, serta mengembalikan moral generasi muda yang kurang dalam adab.

Dokter Caput yang juga Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng ini mengaku, pihaknya yang sering turun bersama relawan Demam Berdarah Dengue (DBD), sering mendapatkan keluhan di masyarakat. ”Apa itu? Susahnya mendapatkan pelayanan penyelesaian atau antisipasi DBD,” ungkap Dokter Caput.

Jawaban masyarakat ketika ditanya, lanjut Dokter Caput, pemerintah mengaku tidak memiliki anggaran. Hal ini tentu sangat memprihatinkan. “Tadi pak Pj Bupati Buleleng kemasannya enak sekali. Tapi yang saya lihat di bawah, banyak hal yang membuat saya ingin berbuat sesuatu. Pemerintah seharusnya melayani, bukan dilayani,” ujarnya dengan senyum.

“Dari sisi pendidikan, Buleleng kuantitas oke, tapi mutu pendidikan harus ditingkatkan. Mutu pendidikan saat ini untuk masuk sekolah baru luar biasa ribet. Sistem zona sangat membunuh sekolah swasta, padahal sekolah swasta perannya besar untuk meningkatkan SDM. Apalagi sejarah, Bhaktiyasa melahirkan para tokoh yang berkontribusi besar untuk Buleleng. Akhirnya dengan zonasi, sekolah-sekolah yang sudah dibatasi siswanya justru meluas. Yang terjadi efektifitas belajar mengajar tidak terjadi, mutu menjadi rendah. Konsep pemerataan harus dijalankan dengan memberi ruang bagi swasta untuk berkontribusi. Kita lihat output sangat memprihatinkan, budi pekerti sangat rendah. Dulu murid takut sama guru, Sekarang guru takut sama murid. Maka pendidikan berbasis budi pekerti harus ditekankan. Dengan adanya sekolah berbasis Hindu, kita bisa menyerap anggaran pusat,” kritik Dokter Caput.

Dokter Caput mengangkat kehebatan anak-anak muda Buleleng dalam mengelola barang-barang tidak berharga/bernilai menjadi barang-barang yang sangat bernilai secara ekonomis.

“Kalau kita lihat SDM yang ada, di Buleleng hebat-hebat. Potensi luar biasa. Jangankan yang bernilai, yang tidak dikelola saja luar biasa. Contoh pengelolaan sampah organik menjadi pupuk organik, setahun dia menghasilkan Rp 50 juta. Itu sampah yang nyata-nyata tidak berguna, kita buang. Tapi ketika diolah, bisa meningkatkan kesejahteraan,” ucapnya.

“Saya lihat sorgum, jangan dilihat dari sorgum itu saja. Tapi lihat limbahnya, anak kita itu bisa mengelola limbah sorgum jadi bahan bakar briket. Pasar briket itu sudah jelas di luar negeri, Jepang selalu perlu briket. Penelitian akademisi kita, 80 persen tersimpan di lemari, tidak dijalankan. Potensi kalau diberdayakan sama saja. Pulau Menjangan itu potensi yang luar biasa, kalau tidak diberdayakan, tidak akan jadi apa-apa,” ungkap Ketua BMI Buleleng itu.

Dokter Caput menyoroti keberadaan BUMD milik Pemkab Buleleng yang sebagian mati suri, tidak berkembang sebagaimana mestinya. “Harus ada pemusatan. BUMD ini yang harus diangkat, dikembangkan, dan dimajukan. Ada Yeh Buleleng, Bank Buleleng. Bank Buleleng punya potensi tapi tertekan. Kalau bisa dikembangkan, itu bisa memberi dampak. Begitu juga pasar, dan PD Swatantra,” ucapnya.

Di lain pihak, I Nyoman Sutjidra, bacalon PDIP lainnya mengedepankan pembangunan dengan tema Buleleng Era Baru. Katanya, pembangunan Bali utara harus komprehensif dan fundamental. Mengedepankan aspek alam, manusia, dan kebudayaan, serta berdasarkan kearifan lokal.
Wakil Bupati Buleleng periode 2012-2022 itu memaparkan bahwa yang menjadi skala prioritas pembangunan Buleleng adalah sandang pangan papan, pendidikan dan kesehatan, jaminan sosial dan tenaga kerja, perkembangan seni dan tradisi serta adat budaya, pengembangan pariwisata, dan infrastruktur pendukung.

Hal ini menjadi pertimbangannya, mengingat Sutjidra menjadi pendamping Putu Agus Suradnyana (Bupati Buleleng periode 2012-2022).

Sehingga menurutnya, ia paham dengan kondisi dan permasalahan masyarakat di Buleleng.

“Dengan menjaga keharmonisan dari alam beserta isinya, akan mewujudkan masyarakat Buleleng yang sejahtera dan bahagia sekala niskala, sesuai ajaran trisakti Bung Karno,” katanya.

Bahkan ia tak ragu meminta dukungan dan mohon doa restu agar bisa menjadi pemimpin Buleleng, agar dapat melanjutkan kembali pembangunan yang tertunda.

Yang menarik, ternyata Ketua DPC Partai Gerindra Buleleng Gede Harja Astawa, SH, malah mendukung gagasan kandidat bupati dari PDI Perjuangan, DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, alias Dokter Caput tentang pendidikan.

“Berani nggak dengan diskresi yang dimiliki itu kembali mengaktifkan kembali yayasan pendidikan. Contoh Unipas, SMA Bhaktiyasa, dan lembaga lainnya. Karena selama ini pemerintah seolah mengabaikan. Padahal itu sarana yang potensi meningkatkan potensi SDM Buleleng. Berani nggak untuk membuat komitmen dengan diskresinya menghidupkan lagi lembaga pendidikan yang membebsarkan nama buleleng,” ucap Harja menantang para kandidat kepala daerah.

Di akhir acara, dalam close statementnya, Dewa Sukrawan menyatakan, “Mohon acara ini juga diinformasikan kepada warga di Buleleng. Kita sudah dengar pikiran dan gagasan dari semua bakal calon. Entah itu janji atau tidak, pada akhirnya waktu yang akan menjawab. Saya harap siapa pun yang terpilih, janjinya ditepati.”

Writer/Editor: Francelino

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button