BeritaOpini

Resensi Buku: Perjalanan Hidup Dokter Caput Adalah Teladan Bagi Semua

Oleh: Kadek Bianka Christina, Kelas X AKL A SMKN 1 Singaraja

Dari Redaksi:

SOSOK DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, cukup fenomenal. Pria yang akrab disapa Dokter Caput ini dalam 6 tahun terakhir ini menjadi figure yang menyita perhatian banyak pihak. Doktor Ilmu Pendidikan Undiksha Singaraja yang juga menjabat Ketua DPC BMI dan Wakil Ketua DPC PDIP Kabupaten Buleleng menjadi idola semua pihak, termasuk para pelajar. Sebagai bukti, seorang siswi SMKN 1 Singaraja terpesona dengan figur murah senyum nan dermawan ini, sehingga siswi bernama Kadek Bianka Christina yang duduk di Kelas X AKL A ini membuat resensi buku berjudul: “dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG alias Dokter Caput”. Berikut pandangan Christina tentang Dokter Caput.

Judul Buku : dr. Ketut Putra Sedana, SpOG alias Dokter Caput
Penulis Buku : Drs. Made Mustika
Penerbit : Percetakan Swasta Nulus, Denpasar
Cetakan ke : Cetakan Pertama, November 2021
Ketebalan Buku : xxx + 144 halaman; 13 x 20 cm
Nomor ISBN : 978-623-6371-27-5

BUKU yang berjudul dr. Ketut Putra Sedana, SpOG alias Dokter Caput ini berisi tentang catatan ringan seorang warga Singaraja. Tentang perjalanan hidup seorang laki-laki yang kerap disapa sebagai Caput pada masa SD.

Buku ini menceritakan tentang perjuangan seorang dokter Caput sejak awal hingga mencapai titik hidupnya saat ini. Buku yang memiliki ketebalan 144 halaman ini mampu menghipnotis para pembaca dan mengajak pembaca berpetualang ke masa-masa perjuangan dokter Caput dalam menjalani hidupnya. Buku ini menguraikan dengan detail namun dalam bahasa sederhana tentang awal ia dilahirkan, pengalaman berkesan saat masa kecil, hingga dewasa. Sejarah hidupnya, yang pokok-pokok tentunya, diceritakan secara lengkap dalam buku ini.

Beliau menceritakan tentang latar belakang mengapa dirinya memiliki nama panggilan Caput. Dituliskan bahwa nama panggilanya tersebut didapatnya karena ia berjualan es bungkus ketika masih duduk di bangku SD. Dalam bahasa Bali, e situ dinamakan es kaput. Kemudian teman-temannya memanggil dirinya dengan sebutan es tersebut tetapi dengan mengganti satu huruf depannya dengan c, sehingga menjadi caput. Nama atau panggilan Caput itu terus melekat ketika SMP, bahkan hingga SMA. Karena demikian melekat panggilan itu, ketika lulus jadi dokter pun beliau lebih akrab dipanggil sebagai dokter Caput ketimbang nama aslinya, dr. Ketut Putra Sedana, SpOG.

 

Melalui berbagai cerita yang dituangkan dalam buku ini, dapat memberikan pesan yang begitu mendalam bagi pembaca, bahwa pada dasarnya tidak ada hasil yang dapat diraih secara mudah, apalagi instan. Beliau memaknai bahwa kegagalan-kegagalan yang sempat dialami adalah bagian dari sebuah kesuksesan serta bagian dari perjalanan hidup manusia. “Di balik kesuksesan seseorang, di bidang apapun itu, pasti ada saja sandungan atau kegagalan yang pernah menyertai langkahnya,” tulis Dokter Caput di bagian 20; Makna Sebuah Kegagalan, halaman 117.

Digambarkan pula tentang rasa semangat yang begitu tinggi dimiliki oleh seorang dokter Caput dalam menempuh pendidikan. Buku ini mampu memberikan motivasi dan juga inspirasi bagi para pembaca, khususnya generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa. Pada bagian 18; (Kunci Sukses), beliau menyebutkan bahwa baginya pendidikan merupakan salah satu kunci kesuksesan, yang mana hal tersebut terinspirasi dari kata-kata yang disampaikan oleh sang ayah. Beliau beranggapan bahwa keadaan hidup dapat menjadi lebih baik melalui pendidikan.

Beliau mengungkapkan bahwa sejak awal, beliau tidak pernah mempunyai niat untuk menjadi seorang dokter dan tidak pernah terbayangkan olehnya bahwa ia akan menjadi seorang dokter. Namun saat beliau berkunjung ke Lombok, terdapat peristiwa yang menyebabkan munculnya keinginan dalam dirinya untuk menjadi seorang dokter. Sehingga pada akhirnya beliau pun jadi mahasiswa kedokteran dan lulus sebagai dokter umum.

Pengalaman yang paling unik dan menarik yang dituangkan dalam buku ini adalah suatu peristiwa yang sempat dokter Caput alami, sehingga dapat melecut dirinya untuk terus berlatih karate. Dituliskan bahwa saat duduk di bangku SD, dokter Caput pernah berkelahi dengan salah satu temannya. Singkat cerita pengalaman pahit itulah yang membuatnya semakin giat untuk berlatih karate.

Pada bagian 14; Arti Berbagi, dr. Caput mengungkapkan konsep berbagi menurut dirinya. “Dalam konsep saya, ketika seseorang sanggup memberi, maka dengan sendirinya pada orang tersebut ada ruang kosong untuk menerima anugerah dan berkah,” ucapnya. Beliau juga menyimpulkan bahwa tidak ada orang yang bersedekah akan menjadi jatuh miskin

Buku ini benar-benar memberikan pembelajaran yang begitu berarti bagi para pembacanya. Banyak makna atau prinsip hidup dr. Caput yang dituliskan dan dituangkan dalam buku ini. Dan tentu saja hal tersebut dapat menjadi salah satu hal positif yang dapat dijadikan contoh ataupun teladan bagi para pembaca agar dapat menjalani kehidupan yang lebih baik lagi. Selain itu pengalaman-pengalaman hidupnya yang diceritakan juga dapat dijadikan pembelajaran bagi para pembaca.
Bagi para generasi muda, buku yang berjudul dr. Ketut Putra Sedana, SpOG alias Dokter Caput ini sangat disarankan untuk dimasukkan dalam daftar bacaan. Banyak hal positif yang dapat dipetik dalam buku ini, terutama dalam hal semangat menjalani hidup dan sikap pantang menyerah yang dimiliki oleh dokter Caput dalam meraih impiannya.

Buku ini dapat dijadikan sebagai sumber edukasi, motivasi, dan inspirasi. Bagi kita semua, utamanya bagi generasi muda. Jangan mudah menyerah bila mendapat sandungan, tantangan, dan hambatan dalam menempuh cita-cita.

Diperoleh info bahwa dokter Caput sudah selesai menempuh pendidikan doctoral di Undiksha Singaraja pada Oktober 2022. Sehingga kalau ditulis nama berikut gelarnya secaara lengkap adalah Dr. dr. Ketut Putra Sedana, Sp.OG. Bravo dokter Caput.***

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button