Opini

Catatan Minggu 19/11/’23: Jadilah Diri Sendiri, Jangan Berlindung di Bawah Bayang-Bayang Orangtua

Oleh: Francelino Xavier Ximenes Freitas – Pemred SINARTIMUR.com

SESUAI KALENDER LITURGI, Minggu 19 November 2023 merupakan Minggu Biasa ke-33 Tahun A. Gereja Katolik seluruh dunia (universal bukan lokal) hari ini menampilkan tiga bacaan yang sama yakni bacaan pertama Kitab Amsal 31:10-13,19-20,30-31, bacaan kedua Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika 5 : 1 – 6, bacaan ketiga Injil Matius 25:14-30.

Kalau mencermati bacaan Injil hari ini bahwa Tuhan Yesus memberi perumpamaan mengenai talenta, Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya mengenai tanggung jawab yang disertai kreativitas. Tuhan Yesus mengajarkan semua umat manusia untuk rajin bekerja sesuai talenta yang dimiliki masing-masing manusia beriman.

Hasil yang baik adalah buah dari rajin bekerja sesuai talenta dan tidak menempuh cara-cara tidak fair yang menodai karya Tuhan. Tuhan Yesus juga mengingatkan semua umat manusia bahwa rajin bekerja adalah wujud daya juang, kreativitas yang penting untuk melatih kemampuan diri sendiri. Tanggung jawab terhadap sebuah karya tidak terletak pada keberanian menanggung risiko dan kepentingan atau keuntungan orang lain.

Dalam perkembangan zaman now, banyak kejadian dan peristiwa yang terjadi diluar nalar iman dan olah kemampuan ilahi. Kendati sekarang setiap hari selalu kita mendengar di berbagai media tentang Generasi Z (Gen-Z). Lalu apakah Gen-Z saat ini sudah sesuai ajaran Tuhan Yesus yang ditampilkan dalam bacaan minggu ini? Tampaknya masih jauh dari harapan. Gen-Z yang didenggung-denggungkan di tahun politik ini sadar atau tidak sadar tampaknya masih bergaya parasit alias benalu. Kenapa demikian? Karena Gen-Z yang bertarung dalam dunia politik saat ini belum mampu memanfaatkan talenta yang diberi Tuhan, akan tetapi masih mengandalkan “warisan” nama besar orangtua.

Seberapa pun besar warisan orangtua yang dijadikan branding politik, jika tanpa tanggung jawab, maka hanya akan bergantung pada warisan kekuasaan orangtua maka ujung-ujungnya sebagai orang yang tidak mampu bekerja. Sekuat-kuatnya pengaruah warian nama besar orangtua tidak serta-merta membuat orang sukses sebagaimana sang pemberi warisan, karena tidak mempunyai daya juang, keberanian menanggung risiko dan kreatif. Jadilah diri sendiri, jangan berlindung di bawah bayang-bayang nama besar dan kekuasaan orngtua yang cuma sesaat!

Mencatat kotbah pastor selebran misa di Rumah Doa Maria Dolorosa Singaraja bahwa dalam hidup beriman, tanggung jawab iman juga harus diwujudkan dengan kesungguhan, keberanian, dan kreativitas. Tidak cukup hanya menerima Sakramen Baptis dan merasa aman.

 

Daya kehidupan Kristiani adalah pembaptisan. Karena dengan pembaptisan sebagai daya kehidupan Kristiani bisa untuk mewujudkan kasih, mencintai firman Allah, beribadah dan terlibat dalam hidup menggereja secara aktif.

Maka bagi setiap pemimpin, Hukum Kasih adalah dasar utama dalam menjalankan hukum-hukum lain. Hukum Kasih merupakan landasan bagi seorang pemimpin bangsa dalam memimpin negeri yang amat luas ini. Bila seorang pemimpin yang menjauhkan diri dari Hukim Kasih maka ia akan berubah menjadi raksasa bengis bagi bangsa dan rakyatnya.

Tapi dalam bacaan pertama yang diambil dari Bacaan Kitab Amsal 31:10-13,19-20,30-31, kita diingatkan dengan peranan istri dalam keberhasilan seorang suami. Kitab Amsal berbunyi: Isteri yang cakap (pintar, siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya. Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.”

Masih menurut Kitab Amsal: “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji.”

Maka kesuksesan seorang pemimpin tidak terlepas dari peranan seorang istri yang mendampingnya. Bila seorang pemimpin didampingi seorang istri yang BAIK niscaya sang pemimpin itu akan berhasil dan menjadi panutan dan idola semua orang. Tetapi bila istrinya hanya berambisi mengejar kekayaan dengan mengggunakan kekuasaan sang suami, maka bukan keberhasilan yang diraih, akan tetapi justru kehancuran yang akan didapat.

Semoga pada Pesta Demokrasi 14 Februari 2024 mendatang, terpilihlah pemimpin yang bijak bukan pemimpin yang bengis! Tuhan Memberkati! ***

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button