Politik

#1 Dari Diskusi Politik KJB: Lucu, Ada Cabup Klaim Pembangunan Bandara Buleleng Jadikan Programnya

Quotation:

Sing masi meragatang lud (tidak juga menyelesaikan masalah). Jangan sampai Bandara jadi konsumsi politik. Masyarakat harapannya hidup sejahtera. Bangun Buleleng tidak harus ada Bandara,” ucap Dewa Sukrawan.

Singaraja, SINARTIMUR.com – Jelang Pilkada Buleleng 27 November 2024 mendatang, para wartawan di Kabupaten Buleleng yang tergabung dalam Komunitas Jurnalis Buleleng (KJB) menggelar diskusi politik bertajuk “Siapa Paling Siap Jadi Pilot Den Bukit” bertempat di Gedung Wanita Laksmi Graha Singaraja, Kamis (27/6/2024).

Sejumlah tokoh yang saat ini sudah mendaftar di sejumlah partai politik dan sudah memasang berbagai baliho diundang dalam diskusi itu. Mereka pun masing-maisng diberi kesempatan memaparkan program, Ide dan gagasannya bila terpilih menjadi bupati Buleleng.

Mereka adalah I Nyoman Sugawa Korry (Ketua DPD I Golkar Bali), Anak Agung Wiranata Kusuma (kader Golkar), dan I Made Sundayana (kader Golkar). Kemudian ada Gede Supriatna (Sekretaris DPC PDIP Buleleng), I Nyoman Sutjidra (Wakil Ketua DPC PDIP Buleleng), dan Ketut Putra Sedana (Ketua BMI Buleleng). Lalu ada juga Kadek Doni Riana (KDR), Dewa Nyoman Sukrawan (Ketua Bappilu Demokrat Bali), dan Gede Suardana.

Dari pemaparan program para tokoh itu terungkap bahwa sebagian kandidat bupati Buleleng itu masih sempit wawasannya. Mereka masih belum bisa membedakan mana program yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten.

Beberapa kandidat dari luar PDIP malah dengan angkuh mengklaim akan mengawal pembangunan Bandara Internasional Bali Utara (BIBU), seperti Nyoman Sugawa Korry, KDR, juga Wiranata Kusuma.

 

Menurut Sugawa Korry, kemiskinan dapat dituntaskan dan kesejahteraan masyarakat akan didapatkan dengan adanya investasi.Maka dengan itu, akan membuka lapangan dan kesempatan kerja bagi masyarakat Buleleng.

Sehingga ia menggaungkan ide trisula investasi di Buleleng, yakni pembangunan bandara bali utara, kawasan ekonomi khusus Pelabuhan Celukan Bawang, dan pembangunan industri pengolahan sektor pertanian dan kreatif. “Tiga hal itu bisa dilakukan, sangat bisa. Karena kami punya jalur presiden dan wakil presiden terpilih,” tegasnya.

Sementara KDR mengatakan, bila adanya bandara di Buleleng akan menciptakan multiplier effect bagi masyarakat Buleleng.

Apa contohnya? Masuknya investor tentu akan menyerap kerja, lanjut akademi dan profesional di bidang hukum itu. “Jadi intinya, bandara ini sebuah kebutuhan dan kami sebagai pemimpin ke depan, akan kawal pembangunan bandara,” ujarnya.

Wiranata Kusuma juga mengatakan bila pihaknya sudah sempat berbicara dengan Gibran Rakabuming Raka, saat melakukan kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 lalu di Kota Singaraja.

Ia mengungkapkan sudah mengutarakan keinginan masyarakat, agar terwujud pembangunan bandara di Buleleng. “Ada tiga hal yang disampaikan saat Gibran ke Buleleng. Salah satunya terkait bandara di Buleleng. Itu sudah dicatat oleh beliau,” katanya.

Namun, janji pembangunan bandara ini ternyata membuat situasi diskusi sedikit tegang disertai nada-nada tinggi.

Suasana sempat memanas, lantaran guyonan khas masyarakat Buleleng yang dikenal keras dan kasar.

Ketiga tokoh “pengklaim” Bandara itu justru dikritik Dewa Sukrawan. Mantan Ketua DPRD Buleleng ini malah memiliki pandangan berbeda. Katanya, membangun Buleleng tidak perlu dengan bandara. Karena menurutnya, yang perlu dipahami adalah kewenangan pembangunannya yang dipegang oleh pemerintah pusat.

Sukrawan mengaku sudah melihat berkas yang ditandatangani oleh bupati dan gubernur terkait dukungan pembangunan bandara. Namun semuanya tidak juga terlaksana.

Sing masi meragatang lud (tidak juga menyelesaikan masalah). Jangan sampai Bandara jadi konsumsi politik. Masyarakat harapannya hidup sejahtera. Bangun Buleleng tidak harus ada Bandara,” katanya disambut tepuk tangan.

Kandidat kuat dari PDI Perjuangan Buleleng, DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, alias Dokter Caput, mengingatkan para kandidat yang menjual Bandara sebagai program politik dengan membeberkan sejumlah data tentang Bandara di Indonesia. “Masalah Bandara sube lebih ken sepuluh tahun, dan sudah pernah jadi PSN. Ujug-ujug buung. Sudah PSN lho. Kemudian yang terakhir saya dapat informasi dari Dirjen Perhubungan Udara, ada 34 Bandara internasional yang diturunkan kelasnya jadi bandara domestik. Sedangkan sekarang kita mau bangun Bandara internasional. Bandara itu diturunkan statusnya, karena kebanyakan orang Indonesia keluar negeri. Uangnya dibawa ke luar negeri, sedangkan kita berharap aliran dana mereka ada di daerah kita. Prinsipnya begini, untuk membangun kengkenang je pis di Buleleng biar tidak keluar, uang dari luar biar masuk. Saya dapat pesan moral pendidikan, hanya dengan belajar bisa ubah nasib. Tapi orang kaya bisa miskin kalau pendidikan tidak ada. Selain soft skill, juga perlu hard skill. Kita sedang dalam ancaman krisis pangan, sedangkan Buleleng punya potensi lahan. Padahal satu hektare sorgum bisa hasilkan 4-5 ton. Ini bagaimana kembangkan potensi kita menjadi Buleleng yang mandiri,” ungkap Dokter Caput menganulir program Bandara secara diplomatis.

Pernyataan keras dilontarkan Made Suyasa. Pria yang juga mantan Camat Kubutambahan ini dengan tegas mengatakan bila ingin maju menjadi pemimpin, harus memiliki otak, ongkos, dan otot alias 3O.

“Urusan bandara itu linier ke atas. Tapi ada sing lokasine? Yang beneh, de munyi-munyi dogen (Tapi ada tidak lokasinya? Yang benar, jangan omong-omong saja),” tegas Suyasa sambil menunjuk-nunjuk para bakal calon.

“Maju jadi pemimpin itu ada otak, orang, ongkos. Ongkos Anda sudah tinggi nggak? Jangan sok-sokan maju jadi calon kalau nggak punya ongkos. Mokak Anda. Tajun kuangan tenaga kerja ngalap cengkeh. Musim panen besar ini. Angka jual Rp 120 ribu per kilogram. Jangan visi misi yang tinggi. De munyi-munyi dogen, de awake uluk-uluke,” ucap Suyasa serang para kandidat.

Kritik keras soal Bandara juga datang dari tokoh muda Panji, Gusti Putu Agus Putrajaya. Tokoh yang juga Koordinator Komunitas Seni Bala Goak Panji itu menyindir keras dengan menyatakanbahwa Bandara hanyalah gimmick.

“Bandara ini hanya gimmick selama ini. Kami berharap ada prioritas nyata. Tapi sejak 2007 sampai 2024, Bandara itu hanya wacana belaka. Saya ingin, apa dengan Bandara, yakin Buleleng maju, apa yang ada Bandara bisa prioritaskan masyarakat Buleleng kerja di sana, apakah dengan Bandara bisa meningkatkan ekonomi penduduk seluruhnya,” kritik Putrajaya dengan nada pedas.

Writer/Editor: Francelino

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button