Dokter Caput Gagas Gerakan “Save Deer Island” untuk Pulau Menjangan
Gandeng Yayasan Maradjingga Bangkit Sejahtera Gelar Diskusi Terbatas di Teluk Terima
Quotation:
Pulau Menjangan ini sebagai harta karun yang masih terpendam yang tentunya perlu tindakan-tindakan nyata dengan melakukan pelestarian dari keberadaan Pulau Menjangan ini,” ucap Dokter Caput.
Teluk Terima, SINARTIMUR.com – Kepedulian DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, terhadap Buleleng tidak terbatas pada satu bidang atau satu sektor. Seluruh aset Buleleng dan potensi Buleleng menjadi perhatiannya.
Sebagai contoh, DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, yang akrab disapa Dokter Caput itu menggagas gerakan peduli dan perlestarian Pulau Menjangan yang bertajuk “Save Deer Island” . Salah satu implementasi dari gerakan “Save Deer Island” adalah menggelar diskusi terbatas bersama Yayasan Maradjingga Bangkit Sejahtera (MBS) di Teluk Menjangan Resto di Jalan Pantai Teluk Terima No 1, Desa Sumberkelampok, Kecamatan Gerokgak, Minggu (23/6/2024) siang.
Diskusi terbatas itu dihadiri oleh sejumlah komunitas, Perbekel Sumberkelampok, Kelian Desa Adat Sumberkelampok, perwakilan Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB), anggota Banteng Muda Indonesia (BMI) Kabupaten Buleleng, serta unsur pers, dipandu oleh Ketua Yayasan MBS Ir Made Sukawardika.
Narasumber diskusi itu tiga orang yakni DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, sebagai penggagas acara, Ir Hendro Hermono, MBA, anggota Komisi IV DPR RI, hanya saja berhalangan hadir karena tiba-tiba kondisi kesehatan terganggu, dan Kepala Badan TNBB Prawono Meruanto, SP, M.Si, yang diwakili oleh stafnya bernama Wiwin Arfianto.
Pada kesempatan itu Dokter Caput memaparkan bahwa Pulau Menjangan merupakan aset berharga dan harta karun yang masih terpendam sehingga perlu dijaga dan dilestarikan kesuciannya.
“Sebenarnya dari komunikasi kita dengan Yayasan Maradjingga Bangkit Sejahtera ternyata kita memiliki kesamaan visi peduli terhadap lingkungan. Dan salah satu yang kita lihat sebagai aset yang sangat berharga, dan sepertinya kita lihat di Pulau Menjangan ini sebagai harta karun yang masih terpendam yang tentunya perlu tindakan-tindakan nyata dengan melakukan pelestarian dari keberadaan Pulau Menjangan ini. Dan inilah yang akan membangkitkan pariwisata yang berbasis ekologi, wisata ekologi, wisata alam dan wisata spiritual. Ini yang kita diskusikan, sehingga akan berdampak secara ekonomi kepada masyarakat setempat, sehingga akan mengangkat kesejahteraan masyarakat,” jelas Dokter Caput yanag juga Ketua BMI Kabupaten Buleleng yang juga salah satu Calon Bupati Buleleng dari PDI Perjuangan itu.
Bagaimana memandangnya dari segi sejarah? “Inilah kekayaan yang menjadi warisan dari leluhur-leluhur kita. Dari Buleleng paling barat inilah kita secara spiritualnya banyak pura-pura yang ada. Ini mencirikan bahwa inil adalah benteng, filternya Buleleng. Otomatis kesucian tempat ini adalah sejarah, sehingga konsep kita dengan menjaga kesucian ini, merawat alam semesta dan lingkungan ini akan berdampak dengan sendirinya akan kesejahteraan masyarakat,” jawab Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng ini.
“Apalagi kita lihat potensi yang ada di daerah ini, potensi dari sisi wisata, spot diving di tempat ini terindah di Asia Tenggara. Ini yang menjadi aset yang luar biasa. Apalagi sekarang kita sudah lihat akses ke tempat ini dengan adanya jalan tol dari Gilimanuk ke Mengwi, ini yang akan mendekatkan sekali, ini yang harus dikelola melalui kegiatan-kegiatan positif,” sambung Dokter Caput lagi.
Menjawab pertanyaan, Dokter Caput menjelaskan bahwa kegiatan ini akan terus berlanjut. “Kegiatan yang kita lakukan tidak berhenti sampai disini tetapi sustainblenya ini harus diperhatikan. Kalau bukan kita yang menjaga dan merawat saat ini, siapa lagi? Yang jelas kalau tidak dirawat seperti ekosistem yang ada, habitat yang ada, kalau tidak dijaga, tidak dirawat, ini lama-kelamaan akan punah, dan ini akan berdampak kepada lingkungan dan masyarakat yang ada di tempat ini. Ini tentulah hal yang tidak kita inginkan. Sehingga kita sejak saat ini kita sudah berkomitmen bersama dengan Yayasan MBS dan TNBB untuk menjaga, melestarikan dan merawat alam ini, sekaligus kita mengantisipasi dari perubahan iklim ini,” urai tokoh yang juga Ketua Umum FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia) Buleleng ini.
Pesan buat masyarakat? “Masyarakat yang mau berkunjunhg ke tempat ini (Pulau Menjangan, red), jaga kelestariannya, jaga kesuciannya, dan jaga kebersihannya. Rawat ini seperti merawat diri kita sendiri. Karena sejatinya merawat alam lingkungan sebenarnya adalah kita sedang merawat diri kita sendiri,”ucap Dokter Caput titipkan pesan kepada masyarakat yang berkunjung ke Pulau Menjangan.
Sementara Ketua Yayasan MBS, Ir Made Sukawardika, menjelaskan bahwa sebagai masyarakat Buleleng pihaknya memiliki tanggungjawab moral untuk turut menjaga dan melestarikan Pulau Menjangan.
“Saya sebagai masyarakat Buleleng mewaspadai supaya dikemudian hari kita tidak menyesali semua. Apabila semua sudah hancur, apalagi tindakan-tindakan yang bersifat ekonomi yang menonjol, apalagi ini kan antara ekologi dan ekonomi. Maka kami dari Yayasan Maradjingga Bangkit Sejahtera sudah berkoordinasi dengan teman-teman Komisi IV DPR RI yang membidangi lingkungan hidup bahwa kita berkomitmen ingin menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata ekologi yang benar-benar sustainble develpoment,” jelas Sukawardika seraya menambahkan, “Oleh karena itu prosedur-prosedur yang akan kita laksanakan, itu semua sudah kita persiapkan.”
Bagaimana tanggapan Badan Taman Nasional Bali Barat (TNBB)? Wiwin Arfianto yang mewakili Kepala Badan TNBB, menyambut baik kegiatan ini. Menurut dia, kegiatan ini sangat membantu pihaknya dalam melakukan konservasi terhadap Pualu Menjangan. “Saya sebagai perwakilan Badan Taman Nasional Bali Barat menyampaikan rasa terima kasih atas undangan terkait kegiatan yang menginisiasi untuk kegiatan konservasi. Dari pimpinan kami juga menyampaikan rasa terima kasih juga dan memberikan sumbangsih pemikiran apabila nanti kita ada kerjasama di bidang konservasi,” ucap Wiwin.
Wiwin pun membeberkan beberapa langkah konservasi yang telah dilakukan selama ini. “Terkait konservasi di Pulau Menjangan salah satunya yang pernah kita lakukan adalah pembinaan habitat seperti untuk menghilangkan aliansi spesies, spesies yang dianggap bukan tumbuhan asli dari habitat rusa; kegiatan yang lain seperti di perairan, mengurangi akan klaster yang bisa menimbulkan kerusakan pada karang,” sebut Wiwin.
Menjawab pertanyaan wartawan, Wiwin menyebutkan, “Kalau secara umum, secara ekologi berfungsi masih baik, tetapi kita menjaga jangan sampai ke depannya hias itu mengganggu habitat dalam konteks yang lebih luar.”
Hal senada juga disampaikan Perbekel Sumberkelampok, I Wayan Sawitra Yasa. “Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini, merupakan kegiatan yang sangat mulia dan bermakna bagi kita semua. Pulau Menjangan itu sebagai kepalanya Pulau Bali. Taksunya Bali itu ada di Pualu Menjangan. Kenapa saya katakan demikian? Karena Pulau Menjangan sudah dikenal di mancanegara, dikenal di dunia dengan terumbu karang yang masih alami, bagaimana kita menjaga keutuhan Pulau Menjangan itu. Hadirnya yayasan ini ke depan bagaimana kita sama-sama mengurangi sampah, termasuk kita menjaga terumbu karang, mungkin ada oknum yang tidak konservasi lempar jangkarnya yang merusak terumbu karang,” ucap Perbekel Sawitra.
Usai acara diskusi, para peserta langsung diajak melakukan kunjungan ke Pulau Menjangan. Menumpang 4 unit perahu, para peserta mendarat di Pos II pintu masuk Pulau Menjangan. Kemudian mereka pun melakukan persembahyangan di Pura Pingit Klenting Sari/Pura Taman Beji. Sejumlah ekor kijang atau menjangan ditemui di kawasan itu dan seolah menyambut kedatangan rombongan. Setelah melakukan peninjauan, rombongan pun kembali ke Teluk Terima.
Writer/Editor: Francelino