Agama

Perayaan Nyepi Caka 1943: Bupati Buleleng Minta Umat Lain Hargai Umat Hindu

Singaraja, SINARTIMUR.com – Perayaan Hari Raya Nyepi di tengah pandemic Covid-19 penuh tantangan dari berbagai aspek. Oleh karena itu Bupati Buleleng Putu Agus Suradnanya meminta masyarakat Buleleng tetap menjaga tolerasi antarumat beragama.

Maka itu dalam perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1943, tanggal 14 Maret 2021, Bupati Agus meminta umat lain seperti Islam, Kristen (Protestan, Katolik dan Katolik Ortodoks), Budha dan Konghucu untuk menghormati umat Hindu yang melaksanakan catur brata penyepian (Nyepi).

“Saya minta umat lain, umat Islam, Kristiani, Konghuco dan yang lainnya untuk saling menjaga toleransi dan menghargai pelaksanaan Hari Raya Nyepi. Untuk benar-benar dijadikan momentum tercapainya keseimbangan makrokosmos dan mikrokosmos,” ucap Bupati Agus saat ditemui usai menghadiri ritual Tawur Agung Kesanga (Upacara Penyucian) sehari jelang Hari Nyepi di Catus Pata Buleleng, Sabtu (13/3/2021) siang.

Terkait perayaan Hari Raya Nyepi, Bupati Agus berharap perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1943 mampu menciptakan keseimbangan. Keseimbangan dimaksud adalah antara Bhuana Agung (Makrokosmos) dan Bhuana Alit (Mikrokosmos).

Agus Suradnyana menjelaskan betapa pentingnya keseimbangan tersebut. Apalagi di tengah pandemi COVID-19 ini. Tawur Agung Kesanga dan juga perayaan Nyepi tahun ini diharapkan mampu membantu berkurangnya penyebaran COVID-19. “Atau bisa menurun secara drastis dengan bantuan ritual-ritual sebelum perayaan Hari Raya Nyepi,” jelasnya.

Sementara itu, Kelian (Kepala) Desa Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna mengatakan rasa terima kasih kepada TNI, Polri, Satgas Gotong Royong Desa Adat Buleleng dan Pecalang. Ini dikarenakan kerja keras seluruh pihak guna menghidari terjadinya penyebaran kasus COVID -19 Di Buleleng. Selain itu juga pihaknya merasa bangga karena proses upacara Tawur Agung Kesanga sudah melakukan prokes COVID-19. Mulai dari Pemedek atau Tamu yang hadir hingga proses persembahyangan berjalan dengan tertib dan aman.

 

“Saya berbangga sekali bahwa Pemedek atau tamu yang hadir juga cukup terbatas. Dan juga sangat tertib melaksanakan kegiatan tahun ini,” katanya.

Dari pelaksanaan Tawur Kesanga di tengah pendemi COVID-19, tidak ada sedikit pun yang keluar dalam konteks niskala (ritual/spiritual). Baik itu dimulai dari proses upacaranya hingga nunas tirta (pengambilan air suci). ”Semua proses upacara persembahyangan sama seperti Tawur Agung Kesanga yang sudah-sudah. Tidak sedikit pun ada yang yang keluar dalam konteks niskala,” ungkap Sutrisna.

Untuk pelaksanaan Catur Berata Penyepian khususnya di wilayah Kecamatan Buleleng, Sutrisna mengaku sudah melakukan koordinasi baik itu dengan Satgas Gotong Royong maupun Pecalang yang ada. Koordinasi ini dilakukan guna menerapkan Awig-Awig (Aturan adat) Desa Adat Buleleng No 1 Tahun 2013.

”Sesuai awig-awig Desa Adat No 1 tahun 2013 bahwa pecalang bertugas sebagai perpanjangan tangan daripada Tridatu. Maka konsep kita di masa pandemi ini bisa dilakukan pemantauan maupun edukasi kepada masyarakat supaya betul-betul melaksanakan Catur Brata Penyepian,“ pungkas Sutrisna. frs/jmg/*

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button