Hukum

Jro Arka Tantang Debat Terbuka, Kanit 1 Satreskrim Polres Buleleng Kabur

Ratusan Massa Lagi Kepung Polres Buleleng Tuntut Tangkap Preman

Quotation:

Seharusnya saya ke kepolisian minta perlindungan, pak. Kenapa dari sana (polisi, red) tidak dapat perlindungan, pak? Malah masyarakat seperti Jro Arka yang melindungi saya, pak. Mana namanya keadilan, pak,” ujar Komang Putra Yasa

Singaraja, SINARTIMUR.com – Aksi premanisme yang terjadi di Buleleng dengan korbannya Komang Putra Yasa beberapa waktu lalu terkesan dibiarkan polisi dan bahkan pelaku malah masih berkeliaran.

Sikap adem-ayem polisi ini membuat public marah dan Senin (13/2/2023) siang ratusan massa di bawah kendali Gede Putu Arka Wijaya alias Jro Arka kembali mendatangi dan mengepung Polres Buleleng di Jalan Pramuka No 1 Singaraja, Bali.

Ratusan massa yang menggunakan tiga truk, kendaraan roda empat dan puluhan sepeda motor itu membawa beberapa spanduk yangb berisikan tuntutan keadilan antara lain berbunyi “Haruskah Istri Saya Mati Dulu Baru Perman Dan Otak Pelaku Ditangkap”. Bahkan disalah satu poster ada tulisan yang mempertanyakan keberadaan Kapolri atas ketidakadilan yang mereka dapatkan, “Bapak Kapolri Dimana??Masyarakat Menuntut Keadilan”.

Yang lebih menohok salah satu poster yang dibawa massa mempertanyakan slogan presisi kepolisian, “Polres Presisi Apa Hanya Slogan Saja?”

Dalam aksi itu, sesungguhnya massa “memburu” tiga pejabat penting di Polres Buleleng yakni Kapolres Buleleng AKBP I Made Dhanuardana, Kasat Reskrim dan Kasi Humas Polres Buleleng AKP Gede Sumarjaya, SH, MH. Mereka meminta klarifikasi dari Kapolres Buleleng,Kasat Reskrim hingga Kasi Humas Polres Buleleng, tentang dugaan kinerja kepolisian yang dituding tidak profesional.

 

Bahkan pimpinan demonstran, Jro Arka menyebut-nyebut nama oknum penyidik sembari menantangnya untuk berdebat. Jro Arka dan massa ingin debat terbuka di luar di depan semua massa. Mereka tidak mau dilakukan debat di ruang yang hanya akan dihadiri perwakilan massa.

Jro Arka yang mengetahui Kanit 1 Satreskrim Polres Buleleng sedang berada di antara anggota polisi lainnya sambil membawa map, langsung dipanggil-panggil Jro Arka dan menantang Kanit 1 untuk berdebat secara terbuka di luar. Sayang, Kanit 1 Satreskrim tidak menjawabnya dan terlihat Cuma memberikan gestur tubuh yang mempersilahkan Jro Arka untuk masuk dan berdebat di ruangan. Bahkan beberapa menit kemudian, Kanit 1 Satreskrim malah kabur dan tidak melayani tantangan debat terbuka dari Jro Arka.

Massa awalnya menolak melakukan negosiasi sebelum bertemu Kapolres Buleleng AKBP I Made Dhanurdana.Namun sempat melunak setelah diberikan informasi orang nomor satu di jajaran Polres Buleleng itu sedang tidak berada ditempat.

Menariknya, dengan berapi-api Arka berorasi mempertanyakan kinerja kepolisian yang diangap tidak adil dalam menangani berbagai kasus yang masuk ke meja penyidik. Salah satu yang dikecam Arka yakni laporan ancaman pembunuhan yang disebut pelakunya oknum preman. Sembari menyebut-nyebut nama oknum pengacara Arka menuding penyidik berindak tidak professional dengan mengabaikan laporan korban.

Korban pengancaman oleh pressman, Komang Putra Yasa, 42, mengaku bahwa dia dan bersama istrinya, tidak mendapat perlakuan adil dari penyidik Unit 1 Satreskrim Polres Buleleng.

“Saya berterima kasih kepada Jro Arka, pak. Seharusnya saya ke kepolisian minta perlindungan, pak. Kenapa dari sana (polisi, red) tidak dapat perlindungan, pak? Malah masyarakat seperti Jro Arka yang melindungi saya, pak. Mana namanya keadilan, pak,” ujar Komang Putra Yasa dalam orasinya di hadapan pukuhan anggota Polres Buleleng yang mengamankan aksi demo.

“Itu otaknya jelas, Budi Hartawan datang sama preman itu, pak. Senjata tajam jelas, dan mau menghabisi saya dan istri saya. Sekarang istri saya sakit akibat tekanan ini. Apa menunggu istri saya mati dulu baru preman dan otaknya Budi Hartawan ditangkap, pak ya?” tegas Komang Putra Yasa dengan nada histeris.

Tujuan bawa massa kesini itu apa? “Begini pak, kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa masyarakat harus berani menyuarakan kebenaran. Karena selama ini kami banyak mendengar pengaduan masyarakat lemah yang tidak mendapa keadilan. Penegakan hukum, kami bilang sangat lambat. Saya bukan sok-sok-an. Kami justru membantu kepelosian, kami sebagai seorang aktivis membantu proses penegakan hukum, bukan kami ingin menyerang kepolisian, bukan kami ingin melawan kepolisian,” jawab Jro Arka.

“Saya juga bingung pak. Bagiaman penanganan kasus di Polres Buleleng ini. Dia orang miskin, mana punya biasa buat beginian (demo, red),” sambungnya lagi.

Kabag Ops Polres Buleleng Kompol Gusti Alit Putra menyatakan, “Sebenarnya si, sesuai dengan laporan korbannya Komang Putra Yasa, dan korban Komang Putra Yasa juga hadir tadi. Namun massa yang dipimpin Jro Arka, kami sudah berusaha menjelaskan untuk tidak di luar dan masuk ke dalam untuk tidak mengganggu keamanan. Dan yang bersangkut dengan masyarakar masuk ke dalam dan kita sarankan untuk istirahat. Dan Komang Putra Yasa kita persilahkan masuk ke dalam untuk menerima penjelasan apa yang diminta tapi yang bersangkutant tidak mau dan maunya di depan umum. Padahal kasus ini perorangan dia sendiri, apain harus di luar di muka umum, nanti bisa terjadi perang mulut. Ini yang ingin kita hindari.”

Apa permintaan massa? “Perminta massa itu biarkan penyedik untuk menjelaskan di muka umum di sini. Padahal massa kan tidak tahu apa-apa, massa kan tidak tahu permasalahan itu apa, yang bermasalah kan bukan massa, yang korban kan bukan massa, hanya satu orang,” jelals Kabag Ops Alit Putra.

Sementara puluhan polisi dibawah komando Kabag Ops Polres Buleleng Kompol Gusti Alit Putra,mengawal jalannya aksi unjuk rasa termasuk menjaga ketat pintu masuk Polres.

Kurang lebih tiga jam berada di Mapolres Buleleng, akhirnya massa membubarkan diri sekitar pukul 13.00 wita. (frs)

  Banner Iklan Rafting Jarrak Travel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button